Breaking News

Bagaimana Cara Aku Mendekati-Mu Selain Cara Itu



Sesungguhnya aku tidak tahu
Bagaimana cara mendekati-Mu selain cara itu
Sesungguhnya aku tidak tahu
Apakah Engkau mau aku dekati
Sesunggguhnya aku tidak tahu
Apakah Engkau dan aku bisa bersama-sama
Tapi setelah ini aku tahu
Ternyata tulisan-Mu mendekatkan aku pada-Mu
Dan tulisanku mendekatkan aku pada-Mu
Karena sesungguhnya aku menulis karena-Mu


Selepas shalat Jumat di Masjid Agung Darussalam, saya menyempatkan diri mampir ke sebuah toko buku yang letaknya tepat di belakang masjid itu. Saya bermaksud membeli buku panduan belajar tajwid untuk anak-anak. Lantas secara tidak sengaja melihat-lihat koleksi buku yang dipajang rapi di sebuah rak dan menemukan sebuah buku berjudul Menulis Bersama Allah karya Arroyan Dwi Andini yang diterbitkan oleh Penerbit Al Manar Yogyakarta.


Setiap orang yang berkesempatan mengenyam pendidikan di sekolah pastilah pernah mengalami apa yang disebut dengan membaca dan menulis. Namun kebanyakan masih belum termotivasi untuk memanfaatkan kemampuan membaca dan menulisnya. Begitulah kira-kira yang disampaikan penulis dalam pengantar bukunya.

Pramoedya mengatakan bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. Maka jika kita ingin dikenang sepanjang masa, menulislah. Menulis apapun yang bisa kita tulis. Sedangkan Ali bin Abi Thalib juga pernah berpesan bahwa semua penulis akan mati, hanya karyanya yang akan abadi, maka tulislah sesuatu yang bisa membahagiakanmu di akhirat nanti.

Selanjutnya, apakah tulisan kita sudah bermanfaat bagi orang banyak? Apakah kira-kira tulisan kita sudah terjamin akan membahagiakan kita di akhirat kelak? Arroyan Dwi Andini menjelaskan dalam bukunya secara jelas bahwa kita harus menulis bersama Allah. Artinya, semua hal yang kita tulis ini mestinya dilakukan semata-mata karena Allah. Tulislah dengan hati, jangan mengharap puji, jangan mengharap imbalan. Tulislah dahulu seberapa kita tahu. Tak perlu khawatir, tak perlu takut tulisan kita tidak diterima pembaca, editor, penerbit, dan atau orang kaya yang mau membiayai penerbitan tulisan kita. Yang mesti kita takuti adalah yang menciptakan mereka semua itu, yakni Allah Swt. Niatkan saja bahwa menulis itu adalah cara kita beribadah dan mendekatkan diri pada-Nya. Maka, semoga tulisan kita akan bermanfaat dan membahagiakan kita di akhirat kelak. Aamiin.

Kegiatan menulis tidak mengharuskan penulisnya memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi. Penulis cenderung menulis sesuatu yang ia kuasai. Maka, seperti yang telah disebutkan tadi, tulis saja apa yang bisa kita tulis. Tulis, tulis, dan tulis. Semakin terbiasa, maka otomatis otak kita pun akan terasah dan intelektualitas itu akan terbangun dengan sendirinya. Selamat mencoba.

No comments

Terima kasih telah berkunjung. Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai konten.