Breaking News

[Resensi Novel] Ketangguhan dan Keteguhan Ibu dalam Novel Rendezvous Karya El Cavega Terasu

Ketangguhan dan Keteguhan Ibu dalam Novel Rendezvous
Karya El Cavega Terasu

Ulasan singkat oleh Asrul Sanie




Judul : Rendezvous
Penulis : El Cavega Terasu
ISBN : 978-602-0849-28-7
Penerbit : Lovrinz Publishing
Terbit : Agustus, 2015



Pendahuluan

Ada rasa penasaran yang muncul ketika saya membaca kata ‘rendezvous’ (baca: rendevu; randevu) yang dijadikan sebagai judul sebuah novel karya El Cavega Terasu, seorang ibu rumah tangga bernama asli Elis Siti Jumilah, kelahiran Bandung, 31 Desember 1984. Sebagaimana kita ketahui bahwa kata ‘rendezvous’ berasal dari bahasa Prancis, yang jika dalam bahasa Inggris Amerika setara dengan kata ‘meet’ yang berarti pertemuan. Namun pertemuan ini lebih mengarah pada pertemuan yang spontan, tak resmi, tak sengaja dan tak diduga.

Lantas apa sebenarnya keterkaitan antara judul dengan isi atau pesan dalam novel tersebut? Sewaktu saya bersilaturahim ke kediamannya, setelah membaca judul itu saya bertanya, “Berapa lama Mbak Elis menulis novel ini?” Beliau menjawab, “Hanya sekitar satu bulan, Mas.” Wow, jawabannya sungguh mencengangkan bagi pemula seperti saya. Menulis novel setebal 295 halaman dalam waktu sebulan. Saya sedikit berasumsi bahwa Mbak Elis, sebagai penulis, memilih kata ‘rendezvous’ sebagai judul bukunya karena pertemuannya dengan ide pikiran secara spontan, singkat, sehingga cepat menuliskannya menjadi sebuah karya novel. Sekali lagi, saya baru berasumsi, karena saat itu saya belum membaca keseluruhan isi novel tersebut.

Di sampul belakang, saya menemukan sebuah kalimat yang menguatkan ketertarikan saya untuk mengetahui seluruh isi novel tersebut. Kalimat menarik itu berbunyi, “Sebuah perjuangan seorang ibu yang diamanahi seorang anak penyandang disabilitas.” Tema disabilitas begitu menarik akhir-akhir ini, sebagaimana novel My Idiot Brother karya Agnes Davonar yang juga sangat laku di pasaran dan diangkat menjadi sebuah film layar lebar.

Kembali saya mencermati ‘rendezvous’ dari segi penggunaannya. Jika kita artikan sebagai kata kerja, maka ia adalah sebuah pertemuan, dan jika kita artikan sebagai kata benda, maka ia adalah sebuah tempat pertemuan itu. Lalu apa hubungan antara disabilitas dan pertemuan? Di dalam prolognya, saya hanya menemukan seorang gadis kecil yang sedang bersedih sebab ibunda tercinta telah diambil Tuhan. Ia sedang menangis di depan gundukan tanah merah. Seorang lelaki—mungkin dia adalah ayahnya—tak mampu lagi merayu gadis itu untuk pulang. Gadis itu tetap pada pendiriannya, meratapi kepergian ibunya hingga tak sadarkan diri, pingsan dibanjiri hujan. Prolog ini menarik. Menarik saya untuk membaca cerita selanjutnya, dan mencoba mencari siapa sebenarnya tokoh penyandang disabilitas itu.

Pembahasan

a. Ringkasan Cerita

Reina, seorang ibu rumah tangga yang penuh dengan ujian menjalani kehidupan. Saat ditinggal suaminya, Ilham, yang bertugas sebagai pengajar di daerah agak terpencil, Reina diperlakukan seperti seorang pembantu di rumah mertuanya. Tidak banyak yang bisa ia lakukan untuk meringankan beban. Ilham berada di tempat yang jauh, sekitar 400 kilometer jaraknya. Walaupun Ilham tahu sebenarnya yang dialami istrinya, tetap saja dia belum bisa untuk mengatasinya.

Ketidakcocokan dan kebencian mertua dan adik-adik iparnya semakin menjadi ketika Reina mengalami kegagalan memberikan buah hati kepada Ilham, karena dua kali bayinya tidak terselamatkan. Mereka mencemooh Reina sebagai orang yang tak berguna, tak pernah bisa membuat bahagia. Sikap Ilham pun berubah menjadi dingin. Bahkan ketika Reina sedang berusaha untuk selalu kuat menghadapi ujian Tuhan, Ilham berpindah hati kepada Nia, mantan pacarnya dahulu yang juga sudah berkeluarga saat ini.

Ada harapan dan semangat baru saat kehamilan Reina yang ketiga dan lahir seorang putra, Adhi namanya. Di sinilah Ilham mulai mencair, tak seperti sebelumnya. Namun, ujian kembali mendera saat mengetahui bahwa ternyata Adhi menyandang status sebagai anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental yang disebabkan oleh adanya abnormalitas perkembangan kromosom, atau dalam bahasa kedokteran sering disebut down syndrome. Seluruh keluarga Ilham tidak bisa menerima kondisi itu. Reina diusir dan diceraikan. Ilham memilih Nia, pacar lawasnya, kemudian mereka menikah. Hal ini sungguh menyakitkan hati dan perasaan Reina.
Begitu berat yang harus dijalani Reina. Dia harus hidup sebagai single parent akibat kondisi anaknya. Di samping itu, dia juga harus berjuang menguatkan dirinya, mencari penghasilan, dan juga berusaha mengubah cacian orang-orang yang ada di sekelilingnya menjadi rasa syukur dan sabar. Karena Reina selalu yakin dalam dirinya bahwa yang menimpa Adhi bukanlah kekurangan melainkan kelebihan yang Tuhan berikan kepadanya. Ia harus membesarkan Adhi hingga dewasa dan menemukan bahagia.

Banyak orang-orang yang datang dan pergi pada alur cerita ini. Yang membuat Reina kuat adalah Rama, yang kemudian menikahinya. Rama begitu tulus menerima keadaan Adhi, menyayangi dan memahami anak bermata almond itu. Begitu pula dengan Adhi, sejak belajar di PAUD hingga pertemuan tinggi, dia bertemu dengan banyak teman-teman yang menemani kisah hidupnya. Ada yang menyenangkan, pun ada yang menjengkelkan. Tapi Adhi memang baik hati, bahkan ibunya pun belajar darinya untuk memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti dan mengecewakannya.

Di sekolah, Adhi bertemu dengan Zahra yang ternyata adalah anak Ilham dengan Nia. Zahra lebih memilih tinggal di rumah kakeknya karena kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Ilham dan Nia selalu bertengkar, tak pernah cocok, tak rukun seperti saat dulu mereka masih pacaran. Nia begitu konsumtif, hedonis, sok sibuk dengan teman-teman arisannya. Ilham menyesal telah meninggalkan Reina dan Adhi. Ia pun meminta maaf kepada kedua orang yang dikecewakannya itu, menyesal sedalam-dalamnya. Dengan tangan terbuka mereka memaafkan Ilham.

Saat Adhi berangsur memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan, Reina mengalami ujian baru. Dia mengidap penyakit kanker payudara—yang tak diketahui Adhi sebelumnya—hingga akhirnya meninggal saat sedang menjalankan shalat duha. Hari itu dia pergi untuk menemui Tuhan.

Teman hidup Adhi setelah itu adalah Kinanti. Gadis yang suka menulis, yang ternyata telah ditinggal mati ibunya pada usia 10 tahun. Cocok dengan Adhi yang suka melukis. Keduanya terpilih mewakili sekolah dalam sebuah perlombaan. Mereka kombinasikan antara lukisan dan tulisan menjadi komik. Mereka sebenarnya sudah sejak kecil saling mengenal. Dulu, di sekolah TK, Kinanti lebih akrab dipanggil Kiki. Ayah Kinanti menceritakannya saat ikut menjenguk Reina yang sedang terbaring sakit. Akhirnya Adhi dan Kinanti bertemu lagi di masa remaja.

Dan yang lebih membahagiakan adalah mereka kemudian menjadi pasangan suami-istri. Epilog novel ini menjawab pertanyaan yang muncul pada bagian prolog. Ternyata gadis yang ditinggal ibunya itu adalah Kinanti yang kini telah menerima Adhi dengan ikhlas dan membahagiakannya. Mereka sedang menunggu kelahiran si buah hati dengan menyiapkan komik yang lebih seru untuk jagoan kecil mereka.

b. Unsur Intrinsik

Novel ini begitu inspiratif. Menggambarkan sosok ibu yang teguh dan tangguh menghadapi ujian. Cerita yang disuguhkan mampu membawa kita untuk berkontemplasi atau merenungi diri, bermuhasabah diri, mengukur diri, menyadarkan diri bahwa ujian itu pasti akan berakhir. Tuhan menyayangi dengan cara berbeda pada setiap manusia. Reina adalah ibu yang luar biasa. Kuat dan sabar setelah dua kali keguguran—dalam Islam, seorang ibu yang mengikhlaskan bayinya telah dijanjikan surga oleh Allah—akhirnya dianugrahi seorang anak walaupun ternyata anak tersebut mengalami down syndrome. Reina meninggal saat shalat duha, semoga husnul khatimah.

Ada beberapa kutipan menarik dan amanat bermanfaat yang bisa disimpan di dalam memori. Terutama untuk pasangan suami-istri yang sedang dilanda masalah. Intinya, jangan mudah menyerah. Jangan pernah mencoba untuk berhenti berusaha untuk bahagia, hadapilah cobaan dan ujian hidup bersama. Sesuai dengan janjimu di depan penghulu saat akad di KUA. Jangan mudah berpindah ke lain hati. Cinta sejati hanya dipisahkan oleh mati.

Dalam kondisi apa pun, keutuhan keluarga sangatlah penting. Perhatian orang tua kepada anak, misalnya, jangan sampai terkalahkan oleh kesibukan mencari uang. Ingat, yang dibutuhkan anak kita—seperti yang dialami Zahra dalam cerita itu—adalah pelukan dan kehangatan, bukan kedinginan dan kekurangan perhatian, meski materi sudah tercukupi.

Novel ini juga memberikan tambahan pengetahuan tentang kasus down syndrome kepada pembaca. Juga dorongan kepada para orang tua yang memiliki buah hati yang mengalami kasus yang sama untuk tetap semangat tanpa merasa berkecil hati. Setidaknya kisah ini bisa memotivasi orang tua, guru-guru, dan para perawat untuk tetap sabar dan telaten dalam merawat, mendidik, dan mengurusi anak-anak disabilitas tersebut hingga mereka dewasa dan menemukan bahagia. Selalu ada cara untuk mensyukuri anugrah Tuhan Yang Mahakuasa.

c. Penulisan

Kota Tembakau (Temanggung) dan Kota Kembang (Bandung) dijadikan sebagai latar tempat dalam novel ini. Bisa kita lihat pada beberapa narasi dan dialog yang ada.

Alurnya menggunakan alur maju-mundur (campuran). Secara keseluruhan, cerita disampaikan secara berurutan mulai dari awal Reina berumah tangga sampai akhirnya meninggal dunia. Namun, ada beberapa flashback kejadian masa lalu yang diselipkan di beberapa bagian. Itulah mengapa saya sebut ini beralur maju-mundur. Selipan kejadian itu juga berfungsi untuk membuat pembaca semakin berpikir dan penasaran melanjutkan pembacaan kisah dalam novel ini.

Karakter-karakter tokohnya disajikan dengan apik, disampaikan dengan pendekatan narasi maupun dialog yang pas, berdasarkan fisik maupun interaksi sosial, sehingga mampu membuat pembaca membayangkan kondisi tokoh-tokoh itu.

Yang tak kalah penting dari penyajian buku adalah tahap editing. Tentunya, dalam hal ini adalah tugas editor untuk memoles sebuah karya tulis. Dalam buku ini masih ada beberapa hal yang terlewat, signifikan meski hanya sedikit. Misal, kekurangan dan kelebihan huruf dalam sebuah kata, tata cara penulisan istilah asing, kata sapaan/pengacuan, kebakuan kata, dan penggunaan tanda baca yang memengaruhi struktur/bangun kalimat. Namun, kita juga menyadari bahwa memang tak ada gading yang tak retak. Semoga selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Penutup

Novel Rendezvous ini sangat layak dibaca. Dari keseluruhan cerita, akhirnya saya menemukan beberapa ‘rendezvous’ itu, di antaranya:
1. Pertemuan Reina-Ilham dengan Adhi setelah sekian lama menanti buah hati.
2. Pertemuan kembali ketiganya di masa tua setelah Reina dan Ilham bercerai.
3. Pertemuan kembali Reina dengan Hadi, ayah Kinanti, teman lamanya.
4. Pertemuan kembali Ilham dengan Nia, pacar lamanya.
5. Pertemuan kembali Adhi dan Kinanti sehingga membentuk keluarga.
6. Pertemuan Reina dengan Allah setelah duha.

Demikian ulasan sederhana ini saya sampaikan, mohon maaf jika ada kekurangan. Semoga bermanfaat. Sukses selalu untuk Mbak Elis dan kita semua. Saya tunggu karya-karya selanjutnya.

Malebo, 24 September 2015

No comments

Terima kasih telah berkunjung. Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai konten.